Kasih…
Kau
buat rembulan tidak membiru beku
Pancarkan
pesona dalam teduh cahaya
Ciptakan
gelora atas samudera
Tempat
biduk kecilku berada
Kau
usir kekeringan malam
Karena
ada kerinduan akan kebersamaan
Dan
ada saat ‘tuk berbagi
Juga
tempat ‘tuk berlari
Dan
alasan ‘tuk berarti
Kau
ubah mentari menjadi kerinduanku
Bahkan
panasnya adalah hasratku
Karena
kau beri harga tertentu
Atas
tiap tetes peluh yang luruh
Dari
sekujur titik tubuh
Artimu
bagiku…
Menyatu
dengan tiap tetes darahku
Menyentuh
tiap titik dalam hidupku
Memeluk
setiap detik waktuku
Memaknai
segala yang ada pada diriku
Artimu
bagiku…
Senyawa
dengan tiap tetes udara
Yang
kuhirup setiap waktu
Selama
hidupku
Tetap
saja aku membutuhkanmu
Kau
mengasihiku…
Dengan
segala apa milikmu
Walau
tiada yang dapat kau ambil dariku
Tiada
pernah kau berpaling dariku
Entah
apa jadinya aku..bila hidup tanpa dirimu
Maka…
Kaulah
satu-satunya nama yang menetap dilubuk jiwa
Dan
akan tetap terucap ...
Bahkan
kala semua kata telah sirna …
Ditelan
perkasanya masa
Senyummu
…
Melebihi
indahnya mentari pagi
Yang
menguak kebisuan cakrawala
Memberikan
harapan pasti
Yang
tak pernah kau ingkari
Tatapan
matamu …
Melampaui
pesona bulan purnama
Begitu
teduh damaikan jiwa
Menghapus
segala luka
Yang
terlalu dalam menikam rasa
Lembut
suaramu …
Sejuk
menyentuh dasar kalbu
Membuat
segala badai membisu
Merah
segala bara pun membeku
Kar’na
terpesona akan dirimu
Apa
yang dapat kubanggakan di hadapanmu
Semua
milikku berharga kar’na dirimu
Bahkan
tiap patah kata pun berasal darimu
Dan
tiap tetes darahku adalah milikmu
Tiap
waktuku pun sentuhan jemarimu
Dapatkah
kini ‘ku bertegar tengkuk dihadapanmu
Yang
tak pernah berhenti mengasihiku
Bahkan
…
Kau
abaikan kehinaanku
Dan
kau lupakan kesalahnku
Kasihmu
padaku …
Kian
berlipat seiring perjalanan waktu
Hingga
mentari pun hormat padamu
Dan
rembulan pun takjub atas dirimu
Karena
tiada cela atas kasihmu
Api
yang berkobar membakar jiwaku
Padam
karena senyuman bibirmu
Lenyap
karena pandangan matamu
Malu
karena lembut sentuhan jemarimu
Tak
mampu tampakkan diri dihadapanmu
Kasih
…
Aku
tak tahu apa istimewaku
Hingga
begitu dalam kau mengasihiku
Tanpa
pernah merndahkanmu
Yang
memang terlalu rendah di hadapanmu
Mungkin
…
Kelemahanku
membuatmu iba
Kesesatanku
membuatmu menderita
Kepicikanku
membuatmu terluka
Dan
kepalsuanku membuatmu merana
Kau
arahkan kasihmu padaku
Agar
jangan terjatuh diriku …
Dalam
ciuman kenistaan yang palsu
Dalam
penderitaan yang beku
Dan
dalam dekapan yang semu
Kasih
…
Kini mulai kutahu
Bagaimana
selayaknya bersikap dihadapanmu
Agar
jangan kudiam membisu
Terbelenggu
segala keterbatasanku
Izinkanlah
‘ku mengasihimu
Dengan
segenap rasa dan jiwa
Dengan
apa yang dapat kulakukan padamu
Dengan
segala sesuatu yang ada pada diriku
Sepanjang
waktu dalam hidupku …
Akan
kucoba mengasihimu …
Samapi
matahari pucat pasi
Sampai
angin selatan pun berhenti
Hanya
agar engkau mengerti …
Bagiku
kau sungguh berarti …
Dikutip dari buku 'Benarkah aku mengasihimu?' Bambang Untoro.